7 Pekerjaan Di Bidang Jasa Yang Hampir Punah Di Jepang – Perkembangan teknologi berdampak pada hampir semua sektor. Namun ini juga pertanda mesin akan bisa menggantikan manusia dalam beberapa pekerjaan.
Prediksi tersebut sudah sering terdengar sejak beberapa tahun yang lalu. Misalnya BBC pada tahun 2019 lalu, mengutip analis Oxford Economics, melaporkan 20 juta pekerjaan manufaktur pada tahun 2030 akan dikerjakan oleh robot.
Pada laporan itu juga disebutkan jenis pekerjaan yang berpotensi menggantikan robot adalah pekerjaan dengan keterampilan rendah, ekonomi lemah, dan tingkat kemiskinan tinggi.
1. Pengrajin Payung Kertas (Wagasa)
Pengrajin Payung Kertas, Atau “Wagasa,” Adalah Salah Satu Profesi Tradisional Yang Semakin Langka Di Jepang. Payung Kertas Jepang Terkenal Karena Keindahannya Dan Sering Digunakan Dalam Upacara Teh, Tari Tradisional, Dan Festival. Pembuatan Wagasa Melibatkan Teknik-Teknik Rumit Dan Memerlukan Waktu Serta Keterampilan Yang Tinggi. www.century2.org
Pengrajin Wagasa Menggunakan Bahan-Bahan Alami Seperti Kertas Washi, Bambu, Dan Cat Tradisional. Proses Pembuatannya Melibatkan Beberapa Tahap, Mulai Dari Memotong Dan Merakit Rangka Bambu Hingga Melapisi Payung Dengan Kertas Dan Menghiasinya Dengan Desain Yang Rumit. Setiap Payung Biasanya Dibuat Dengan Tangan, Sehingga Setiap Produk Memiliki Karakter Uniknya Sendiri.
Namun, Dengan Meningkatnya Modernisasi Dan Preferensi Terhadap Produk Massal Yang Lebih Murah Dan Tahan Lama, Permintaan Untuk Wagasa Tradisional Menurun Drastis. Banyak Pengrajin Muda Yang Enggan Meneruskan Profesi Ini Karena Rendahnya Permintaan Dan Penghasilan Yang Tidak Menentu. Upaya Pelestarian Terus Dilakukan, Tetapi Keberlanjutan Profesi Ini Tetap Menjadi Tantangan Besar.

2. Tukang Pahat Batu Nisan (Ishi No Sekizai)
Tukang Pahat Batu Nisan, Atau “Ishi No Sekizai,” Adalah Profesi Yang Semakin Jarang Ditemui Di Jepang. Mereka Bertanggung Jawab Untuk Membuat Batu Nisan Yang Menghormati Leluhur Dan Orang Yang Telah Meninggal. Pekerjaan Ini Memerlukan Keahlian Dalam Memahat Batu Dengan Presisi Tinggi Serta Pengetahuan Tentang Huruf Kanji Dan Simbol-Simbol Keagamaan.
Batu Nisan Tradisional Jepang Sering Kali Dihiasi Dengan Ukiran Yang Rumit Dan Tulisan Yang Mendetail. Tukang Pahat Batu Nisan Harus Menguasai Berbagai Teknik Memahat Dan Memahami Filosofi Di Balik Setiap Desain. Mereka Juga Sering Bekerja Sama Dengan Keluarga Untuk Memastikan Batu Nisan Yang Dibuat Mencerminkan Warisan Dan Nilai-Nilai Yang Dihormati Oleh Almarhum.
Namun, Dengan Adanya Perubahan Dalam Praktik Pemakaman Dan Meningkatnya Penggunaan Batu Nisan Yang Diproduksi Secara Massal, Profesi Ini Mengalami Penurunan. Selain Itu, Generasi Muda Lebih Memilih Pekerjaan Yang Lebih Modern Dan Stabil, Sehingga Regenerasi Tukang Pahat Batu Nisan Semakin Sulit Dilakukan.
3. Pengrajin Kertas Washi
Pengrajin Kertas Washi Adalah Profesi Tradisional Yang Terancam Punah Di Jepang. Kertas Washi Dikenal Karena Kualitasnya Yang Tinggi Dan Digunakan Dalam Berbagai Seni Dan Kerajinan Jepang, Termasuk Kaligrafi, Origami, Dan Dekorasi Rumah. Pembuatan Washi Melibatkan Proses Yang Panjang Dan Rumit, Mulai Dari Menumbuk Serat Tanaman Hingga Mengeringkan Lembaran Kertas Secara Alami.
Pengrajin Washi Menggunakan Serat Dari Tanaman Seperti Kozo (Mulberry), Mitsumata, Dan Gampi. Proses Pembuatan Kertas Ini Memerlukan Keterampilan Khusus Dan Pengetahuan Mendalam Tentang Bahan-Bahan Alami. Setiap Lembar Kertas Washi Dibuat Dengan Tangan, Menjadikannya Produk Yang Unik Dan Berkualitas Tinggi.
Namun, Permintaan Untuk Kertas Washi Tradisional Menurun Seiring Dengan Perkembangan Teknologi Digital Dan Produk Kertas Yang Lebih Murah. Banyak Pengrajin Washi Yang Kesulitan Menemukan Pasar Untuk Produk Mereka, Dan Regenerasi Pengrajin Muda Semakin Sulit. Upaya Untuk Melestarikan Seni Ini Terus Dilakukan Melalui Program Pelatihan Dan Promosi Produk Washi Di Pasar Internasional.
4. Tukang Potong Rambut Tradisional (Kamiyui)
Tukang Potong Rambut Tradisional, Atau “Kamiyui,” Adalah Profesi Yang Semakin Jarang Ditemui Di Jepang. Mereka Spesialis Dalam Gaya Rambut Tradisional Jepang Yang Digunakan Dalam Upacara Keagamaan, Pertunjukan Kabuki, Dan Acara-Acara Formal Lainnya. Kamiyui Harus Memiliki Keahlian Khusus Dalam Memotong, Menata, Dan Menghias Rambut Sesuai Dengan Tradisi Yang Telah Ada Selama Berabad-Abad.
Gaya Rambut Tradisional Jepang Sering Kali Rumit Dan Memerlukan Berbagai Alat Khusus, Seperti Sisir Dari Kayu, Jarum Rambut, Dan Minyak Rambut. Kamiyui Juga Harus Memahami Berbagai Teknik Menata Rambut Agar Tetap Rapi Dan Tahan Lama, Sering Kali Menggunakan Lilin Atau Minyak Khusus Untuk Menjaga Bentuknya. Mereka Juga Harus Tahu Cara Memasang Ornamen Rambut Tradisional Yang Sering Digunakan Dalam Berbagai Upacara.
Dengan Modernisasi Dan Perubahan Gaya Hidup, Permintaan Untuk Gaya Rambut Tradisional Menurun Drastis. Banyak Orang Sekarang Lebih Memilih Gaya Rambut Yang Lebih Praktis Dan Modern. Akibatnya, Banyak Tukang Potong Rambut Tradisional Yang Beralih Ke Pekerjaan Lain Atau Pensiun Tanpa Penerus. Meskipun Ada Upaya Untuk Melestarikan Profesi Ini Melalui Sekolah Kecantikan Tradisional, Regenerasi Kamiyui Tetap Menjadi Tantangan Besar.
5. Tukang Tenun Kimono (Nishijin Ori)
Tukang Tenun Kimono, Terutama Yang Menggunakan Teknik Nishijin Ori Dari Kyoto, Adalah Profesi Yang Semakin Terancam Punah. Kimono Adalah Pakaian Tradisional Jepang Yang Dikenakan Pada Berbagai Acara Formal Dan Festival. Nishijin Ori Adalah Salah Satu Teknik Tenun Yang Paling Rumit Dan Terkenal, Menghasilkan Kain Kimono Dengan Pola Yang Indah Dan Kaya Akan Detail.
Pembuatan Kimono Dengan Teknik Nishijin Ori Melibatkan Penggunaan Alat Tenun Tradisional Dan Benang Sutra Berkualitas Tinggi. Prosesnya Memerlukan Ketelitian Dan Keterampilan Yang Luar Biasa, Karena Setiap Helai Benang Harus Ditempatkan Dengan Tepat Untuk Menciptakan Pola Yang Diinginkan. Setiap Kimono Yang Dihasilkan Adalah Karya Seni Yang Unik Dan Berharga.
Namun, Dengan Perubahan Gaya Hidup Dan Meningkatnya Preferensi Terhadap Pakaian Modern Yang Lebih Praktis, Permintaan Untuk Kimono Tradisional Menurun. Banyak Tukang Tenun Kimono Yang Kesulitan Menemukan Pasar Untuk Produk Mereka, Dan Regenerasi Pengrajin Muda Semakin Sulit. Upaya Pelestarian Terus Dilakukan Melalui Pendidikan Dan Promosi Budaya, Tetapi Masa Depan Profesi Ini Tetap Tidak Pasti.

6. Pengrajin Lilin Tradisional (Warousoku)
Pengrajin Lilin Tradisional, Atau “Warousoku,” Adalah Profesi Yang Hampir Punah Di Jepang. Warousoku Adalah Lilin Tradisional Jepang Yang Dibuat Dari Bahan-Bahan Alami Seperti Lilin Pohon Sumac Dan Sumbu Dari Rumput Alang-Alang. Lilin Ini Sering Digunakan Dalam Upacara Keagamaan Dan Festival Tradisional.
Pembuatan Warousoku Melibatkan Beberapa Tahap, Mulai Dari Mempersiapkan Bahan-Bahan Mentah Hingga Mencetak Dan Menghias Lilin. Pengrajin Harus Memiliki Pengetahuan Tentang Bahan-Bahan Alami Dan Teknik Pembuatan Lilin Yang Telah Diwariskan Dari Generasi Ke Generasi. Setiap Lilin Dibuat Dengan Tangan, Menjadikannya Produk Yang Unik Dan Bernilai Seni Tinggi.
Dengan Semakin Populernya Lilin Modern Yang Lebih Murah Dan Mudah Didapat, Permintaan Untuk Warousoku Menurun. Banyak Pengrajin Lilin Tradisional Yang Berjuang Untuk Menjaga Profesi Mereka Tetap Hidup, Sering Kali Melalui Penjualan Di Pasar Khusus Atau Pameran Budaya. Meskipun Ada Upaya Pelestarian, Profesi Ini Terus Menghadapi Tantangan Besar Dalam Mempertahankan Relevansi Di Dunia Modern.
7. Tukang Kayu Kuil (Miyadaiku)
Tukang Kayu Kuil, Atau “Miyadaiku,” Adalah Profesi Yang Sangat Khusus Dan Semakin Langka Di Jepang. Mereka Bertanggung Jawab Untuk Membangun Dan Merawat Kuil-Kuil Dan Bangunan Bersejarah Menggunakan Teknik Pertukangan Tradisional. Miyadaiku Harus Memiliki Pengetahuan Mendalam Tentang Struktur Kayu, Desain Arsitektur Tradisional, Dan Teknik Penghubungan Kayu Tanpa Paku Atau Sekrup.
Proses Pembangunan Atau Restorasi Kuil Memerlukan Keterampilan Yang Sangat Spesifik Dan Presisi Tinggi. Miyadaiku Bekerja Dengan Berbagai Jenis Kayu, Memotong Dan Membentuknya Dengan Alat-Alat Tradisional. Mereka Juga Harus Memahami Filosofi Di Balik Desain Kuil Dan Memastikan Bahwa Setiap Elemen Sesuai Dengan Tradisi Dan Kepercayaan Yang Ada.
Dengan Modernisasi Dan Berkurangnya Jumlah Proyek Restorasi Kuil, Profesi Ini Menghadapi Tantangan Besar. Generasi Muda Cenderung Memilih Karir Yang Lebih Modern Dan Stabil, Sehingga Regenerasi Tukang Kayu Kuil Semakin Sulit. Meskipun Beberapa Program Pelatihan Dan Magang Masih Ada, Mempertahankan Jumlah Miyadaiku Yang Cukup Untuk Memenuhi Kebutuhan Restorasi Menjadi Semakin Sulit.